Media framing merupakan perspektif berita sebagai pilihan terhadap realitas, fenomena, maupun peristiwa yang akan direpresentasikan.
Dasar pembingkaian media adalah perhatian pada bagian peristiwa tertentu, sehingga menghasilkan makna yang diinginkan pembuat berita kepada pembaca. Konsep framing ini berhubungan dengan pilihan, arah dan desain berita dalam agenda-setting. Esensi isu diangkat dan dipilih berdasarkan apa yang menurut media menarik dan penting. Meskipun menarik bagi media, tapi belum tentu menarik bagi pembaca. Pembaca secera tidak sadar, terperanguh terhadap berita yang sudah diframing. Ketika tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang isu itu, maka terpengaruh terhadap isi berita tersebut. Pengaruh terhadap pembaca dari pembingkaian berita memberi interpreasi terhadap apa yang telah didesain terlebih dahulu. Struktur pesan dapat diambil dan dipakai untuk memberikan pesan sesuai dengan keinginan.
Pilihan sudut pandang ini membuat sajian berita sesuai dengan perpektif pembuat berita. Seringkali kita menganggap bahwa berita selalu objektif dan bebas dari kontruksi pembuat berita. Yakni, representasi apa adanya tentang realitas. Faktanya, banyak berita sebagai rekontruksi dari berbagai macam cuplikan peristiwa yang dipilih berdasarkan kepentingan produksi, kepentingan pemilik media, kepentingan awak media (redaksi & reporter), maupun mengikuti kepentingan masyarakat sebagai berita yang disenangi atau tidak. Ataupun viralitas. Proses seleksi berita ini dibutuhkan agar menarik perhatian pembaca. Memang alasan kekurangan ruang representasi maupun mengurangi berita terlalu panjang yang dianggap membosankan sebagai bagian proses seleksi. Framing media ini berbeda dengan pembuatan berita bohong, palsu, hoax. Karena hal itu sebagai isi berita yang terdistorsi maupun memanipulasi berita.
Dr. Yuyung Abdi.
No comments:
Post a Comment